Biografi KH. Abdurrahman Lathief

Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum

Pada Masa Kepemimpinan

KH. Abdurrahman Lathief

A.  Biografi KH. Abdurrahman Lathief

KH. Abdurrahman Lathief beliau putra dari KH. Abdul Lathief seorang tokoh masyarakat di desa Rajasinga dengan NY. SOFIYYAH. KH. ABDUL LATHIEF berketurunan Mbah Merata yang berasal dari Madura yang datang sebelum Kewalian Cirebon. Beliau dijadikan menantu oleh Golongan Sultan Cirebon melalui sayembara, Beliau wafat pada tanggal 05 Juli tahun 1980 M.  NY. SHOFIYYAH Binti AISYAH beliau berketurunan Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang, beliau wafat pada tanggal 29 Oktober tahun 1992. KH. Abdurrahman Lathief lahir kira-kira tahun 1938 dan wafat pada tanggal 19 Desember  2009.

B.  Sejarah Pendidikan                                           

Setelah beliau (KH. Abdurrohman Lathief) menghatamkan Al Qur’an dan kitab-kitab kecil lainnya maka timbullah keinginan beliau untuk memperdalami  ilmu agama maka beliau minta izin untuk berangkat ke pesantren. Adapun pesantren yang pernah beliau alami adalah sebagai berikut :

  1. Pesantren Majasi Jatibarang – Indramayu, dengan pengasuh Bapak KH. ABDUL MUIN.
  2. Pesantren Kampung Lampegan Simpar – Pegaden Baru  – Subang, dengan pengasuh Bapak KIYAI ABDUL WAHID.
  3. Pesantren Babakan Maja – Pegaden Baru –  Subang, dengan pengasuh Bapak KIYAI HARUN.
  4. Pesantren Arjawinangun – Cirebon, dengan pengasuh Al Jalal, AS SYAIKH SYATORI. Beliau adalah seorang ulama yang sangat berpengaruh. Beliau berketurunan Sultan Cirebon.

KH. SYATORI beserta keluarga pernah mengunjungi Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum pada tahun 1996 M. Dalam Rangka Haflah Imtihan. Dan diantara Fatwa-fatwanya adalah : “Seribu anggota jangan dianggap seribu, tapi anggaplah satu. Dan satu musuh jangan dianggap satu, tapi anggaplah seribu”. Bapak KH. SYATORI wafat pada tahun 1969 M.

  1. Pondok Pesantren Lirboyo-Kediri-Jawa Timur. Dengan pengasuh Al Jalal AS SYAIKH MARZUQI DAHLAN dan Al Jalal AS SAYAIKH MAHRUS ALI. Berasal dari Indramayu-Cirebon. Bapak KH. ABDURRAHMAN LATHIEF pada waktu mesantren di Kediri mulai dari tahun 1955 sampai dengan tahun 1959 M. Setelah itu pulang ke kampung halaman (Boyong) ke Desa Rajasinga -Cikedung-Indramayu.

Beliau pada waktu mesantren di Kediri diglobalkan menjadi tiga masa yaitu :

  1. Masa Anak Baru / Santri Baru, pada masa ini beliau sangat bingung memikirkan nasib tidak kerasan (ora betah) dan nasib ujian yang berat dan sukar dipecahkan. Pada masa ini yang mana tepatnya pada bulan Ramadhan beliau telah bermimpi dengan Khadrati Rasul, dan di dalam mimpi itu Rasulullah memberikan sebatang rokok dari bungkusan upet tambang. Masa ini kira-kira tiga bulan.
  2. Masa Belajar, yang mana beliau pada masa ini mendapat ketenanganan dan ketentraman juga tekun dalam menghadapi pelajaran, sehingga dalam waktu tiga tahun dapat menamatkan sekolah.
  3. Masa Setelah Keluar dari Sekolah, pada masa ini beliau sangat bingung disebabkan :

a. Beliau menganggap bahwa ilmu yang diperoleh belum lengkap.

b. Di kampung halaman beliau waktu itu sangat dikhawatirkan keadaannya karena banyak gerombolan-gerombolan. Oleh 

    karena itu pada masa ini beliau sangat menghendaki pulang karena keadaan yang tidak menentu.

C.  Peranan Almarhum Mama Abdurrohman Lathief Di Masyarakat

Setelah sekian lama beliau mengkaji dan mempelajari ilmu agama, maka pada tahun 1960  beliau mulai terjun ke masyarakat.

Setiap siang dan malam beliau didatangi pemuda dan pemudi untuk belajar Barzanji, Qiroah dan Lagu-lagu Arab. Yang akhirnya sering panggil oleh Sohibul Hajat disamping itu juga beliau sering dipanggil untuk Da’wah Islamiyah oleh ahli kampung di kampungnya masing-masing namun beliau berfikir apakah benar sikapku demikian? Dan jawab beliau sendiri “Tidak Benar”.

Setelah memikirkan nasib yang demikian beliau mencari jalan keluar, maka beliau membanting tulang menghadap ke Khadrat Allah SWT. dengan melalui Mbah Buyut Agrantaka / Mbah Kuwu Sangkan dengan bertujuan minta kedudukan yang sesuai dengan keadaan beliau.

Sehingga pada waktu seketika, beliau bermimpi dan dalam mimpi itu dijanjikan oleh Mbah Buyut bahwa adanya jawaban nanti tanggal 15 malam Jum’at Keliwon agar menghadap beliau di makamnya setelah tiba waktunya yakni tanggal 15 malam Jum’at Keliwon beliau pergi ke makam. Buyut Agrantaka, kemudian beliau bermimpi, dan dalam mimpi itu beliau ditanya dan diberi satu baju dan satu celana, dan pada waktu mengenakan baju Mbah Buyut berkata : “Iki Kelambi Kereh”. Setelah itu dilain waktu (Mama) diberi lagi satu pusaka bernama Naga Runting.     

Setelah kurang lebih tiga bulan lamanya beliau membanting tulang. (masa riyadloh) maka beliau mulai membangun membela masyarakat menurut kekuatan beliau. Adapun yang pertama beliau bangun :

  1. Membangun langgar kecil (musholla) yang amat sederhana terbuat dari papan dan bambu, bangunan itulah yang merupakan cikal bakal Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum dengan ukuran 3×5 meter, pemberian dari orang kaya.
  2. Membangun kolam putra dengan ukuran 7×9 meter.
  3. Letak atau lokasi pesantren

1.     Dari jalan besar kira-kira 40 meter.

2.     Dari hutan loyang kira-kira 5 km.

3.     Dari Kawedanan Losarang kira-kira 10 km.

4.     Dari Kabupaten Indramayu kira-kira 30 km.

D.  Latar Belakang Berdiri Dan Perkembangannya

Membangun pesantren bukanlah sesuatu yang dianggap mudah. Karena banyak sekali tantangan dan hambatan yang harus dipecahkan dengan berbagai aktivitas yang dapat menyelesaikan tantangan dan hambatan tersebut.

Setelah beliau Riyadlhoh dan mendapatkan jawaban dari Mbah Buyut Agrantaka untuk membangun pesantren maka beliau mempersiapkan dirinya, tampil ke muka untuk membangun pesantren membela masyarakat, agama, bangsa, dan negara menurut kemampuan beliau yang ada.

Maka pada tahun 1381 H. / 1961 M. Beliau mulai membangun di kampung yang masih rawan yang di sekelilingnya dirimbuni pohon-pohon yang besar dan rerimbunan pohon-pohon bambu. Tapi setelah beliau membuka dengan diikuti masyarakat yang pro dengan beliau maka daerah tersebut merupakan daerah paling terang dari rerimbunan pohon dari mulai daerah yang paling sunyi, menjadi daerah yang ramai. Dari mulai daerah yang terpencil menjadi daerah yang paling banyak tetangganya.

E.  Dana Pesantren

Setiap usaha tanpa bekal atau pun dana tidaklah akan terlaksana dengan baik. Walaupun usaha ini dijalanai dengan semangat untuk mencapai kesejahteraan umat khususnya masalah kemajuan di bidang pendidikan islam.

Beliau membangun pesantren pada tahun 1961 M. Dengan menggunakan dana pribadi dan sumbangan dari masyarakat adapun perinciannya sebagai berikut :

  1. Dari tahun 1961 s/d 1962 menggunakan dana pribadi.
  2. Dari tahun 1962 s/d 1963 menggunakan :
  • Dana Pribadi
  • Dana Masyarakat
  1. Dari tahun 1964 s/d 1968 menggunakan :
  • Dana Pribadi
  • Dana Masyarakat
  1. Dari tahun 1969 s/d 1970 menggunakan :
  • Dana pribadi
  • Dana perwakilan agama kabupaten
  • Dana kuliah Jum’at

F.   Hambatan-Hambatan

Adalah merupakan sunnatullah (kebiasaan) apabila setiap ada perintis pembangunan atau usaha yang baik untuk mengalami berbagai hambatan dan rintangan. Dalam hal ini tentu diperlukan suatu usaha yang semaksimal mungkin disamping mempunyai keyakinan yang teguh bahwa semua yang dilakukan itu akan berhasil dan mendapat ridho dari Allah SWT.

Sekian lama, sekitar 9 tahun pesantren Miftahul ‘Ulum merintis, membangun, mendoktrin kader-kader ulama yang dapat bertanggung jawab baik terhadap agama, bangsa maupun negaranya walaupun harus melintasi segala tantangan serta krikil-krikil tajam yang menghambat perkembangan itu.

Menurut beliau yang bersumber dari gurunya yakni KH. Syathori Arjawinangun Cirebon, bahwa apabila seseorang membangun pesantren maka orang tersebut harus menempuh empat puluh macam cobaan. Dan diantara Petuah KH. Syatori adalah “Jangan merasa berjuang sebelum menempuh waktu empat puluh tahun”. Seandainya dapat menempuh masa tersebut maka Insya Allah pesantren yang ia rintis akan berjalan terus dengan mapan. Dan menurut beliau fatwa-fatwa dari gurunya itu memang benar, karena beliau dari mulai merintis sampai sekarang tidak terlepas dari godaan itu, baik hambatan ekstern maupun intern.

Adapun ujian/cobaan yang paling besar adalah jatuh pada tahun 1970 M. Dimana musuh-musuh dan orang yang benci dengan pesantren ingin menutup pesantren dan memenjarakan pengasuhnya walau hanya dalam satu hari. Tapi alhamdulillah atas berkat rahmat Allah SWT, akhirnya selamat, aman dan tentram dan pesantren tetap berkembang sampai sekarang.

Bahkan Pada tahun 1982 ada sekumpulan orang yang hendak berusaha mencoba membunuh beliau dan keluarganya karena masalah politik.

G.  Catatan Perkembangan Pesantren

Setelah pesantren Miftahul ‘Ulum dapat menghalau hambatan-hambatan yang besar, maka perkembangan pesantren Miftahul ‘Ulum semakin  pesat. Diantara kemajuan-kemajuannya ialah :

  1. Pada tanggal 3 Maret 1970 M. Mendapat kunjungan dari Bandung, yang diketuai oleh Ibu Sari Banon dan sekertarisnya Bpk. Syarif Hidayatullah dan anggota dari daerah Ka’ab
  2. Pada tanggal 16 Oktober 1971 M. Ada kunjungan alim ‘ulama dari Lebak Banten. Dan pada tanggal 16 Oktober 1971 juga Pesantren Miftahul ‘Ulum mendapat hadiah dari Bupati Indramayu berupa satu mesin diesel / mesin air 3 PK.
  3. Pada tanggal 3 Maret 1972 M. Mendapat undangan musyawarah pesantren se-JABAR di Cianjur.
  4. Pada tanggal 7 maret 1972 M. Menambah 2 lokal fasilitas pendidikan.
  5. Pada tanggal 9 Maret 1972 M.  Mendapat sumbangan dari masyarakat Rajasinga sebanyak 20 kwintal padi
  6. Pada tanggal 27 Juni 1972 M. Mendapat kiriman dari Departemen Agama Jakarta berupa perpustakaan sebanyak 25 stel Al-Qur’an terjemah melayu.
  7. Setelah pengasuh pesantren silaturrahim ke Bpk. H. Adam Malik ( Menlu RI ) pada tanggal 6 Juli 1972 M. Maka pada tanggal 6 Agustus 1972 delegasi Bpk. H. Adam Malik berkunjung ke Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum dalam rangka silaturrahim.
  8. Pada tanggal 27 Ramadhan 1392 H. / 3 Oktober 1972 M. Bpk. H. Adam Malik memberikan sumbangan  kepada Pesantren uang sebesar Rp. 500.000,-

H.  Madrasah Hidayatul Mubtadi’ien

Madrasah merupakan pengembangan dan pembaharuan sistem belajar di Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum Rajasinga, yang semula hanya menggunakan sistem sorogan dan bandungan. Dengan berdirinya madrasah yang bernama Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien pada tahun 1963 M, sistem belajar berkembang sebagaimana madrasah pada umumnya

I.   Organisasi Pesantren

Dengan berdirinya Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum lagi dengan semangat islami terbentuklah organisasi yang diberi nama Jamiyyah Ashariyyah dibawah naungan Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum yang di organisir oleh para santrinya, sembilan tahun yang lalu, yang sebelumnya diberi nama Jam’iyyah Far’iyyah.

Memulai awal khidmahnya antara lain melaksanakan program-progran kerja, dan melanjutkan program-program kerja periode selanjutnya, antara lain meningkatkan kualitas santri dalam bidang dakwah, pendidikan dan ekstra kulikuler lain-lainnya.

Secara keseluruhan keberadan Jam’iyyah Ashriyyah  bagaimanapun kondisinya tetap memiliki makna tersendiri bagi anggotanya terutama  mempertahankan lestarinya  aqidah Ahlusunnah Wal Jama’ah serta menanamkan panca jiwa Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum untuk senantiasa sadar membina ukhuwah islamiyyah, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi tegaknya agama islam.

Dengan berdirinya Jam’iyyah Ashriyyah maka terbentuklah organisasi yang diberi nama Jam’iyyah Maidah dibawah naungan Jam’iyyah Ashriyyah, yang berdiri pada tanggal 9 Dzul-Qo’dah 1413 H./ 1 Mei 1993 M. Yang bertujuan untuk mempersatukan santri dibidang makan.

J.  Penutup

Demikianlah catatan singkat mengenai Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum, semua yang terurai di atas adalah potret panjang Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum yang hingga kini berusia 52 tahun. Tapi sebenarnya belum semua peristiwa terekam dalam tulisan yang terbatas ini dan sejarah ini tertulis hanya sampai tahun 1972 M. Kecuali organisasi di atas.

Rajasinga, 10 Jmd. Awl  1414  H. /  26 Oktober  1993 M.

Sumber            : KH. Abdurrahman Lathief

Notulis             : Musaddad

Ditulis Ulang   : 05 Juni 2009

Oleh              : Torikul  Azis

pinggirx.net

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *